Rabu, 31 Maret 2010

MAJULAH GURU !!! JANGAN SAMPAI DIGUYU DAN DISARU





MAJULAH GURU !!! JANGAN SAMPAI DIGUYU DAN DISARU

( Hermadi, S.Pd )

( Diguyu = ditertawakan, disaru = dicela )

Akhir-akhir ini banyak sorotan masyarakat yang ditujukan kepada guru. Menurut pengamatan penulis kalau tidak salah sejak digulirkannya Sertifikasi Guru, yaitu guru yang menerima tambahan intensif 1 kali gaji pokok setiap bulan. Dan ini sudah berjalan sejak tahun 2008. Semula gaji guru pas-pasan sekarang menjadi lebih tinggi dibanding penghasilan pegawai negeri lainnya. Padahal insentif tersebut tidak serta merta melekat pada guru, melainkan penghargaan Pemerintah yang diberikan kepada guru, yang dianggap profesioanal dalam tugas kependidikan. Penghargaan tersdebut diberikan kepada guru yang memiliki :

a. Sertifikat Pendidik

b. Melaksanakan Pembelajaran minimal 24 jam tatap muka / minggu

c. Mengajar mata pelajaran yang relevan dengan setifikatnya

Sertifikasi Guru tersebut kontan saja sedikit banyak menimbulkan rasa iri pada jajaran pegwai negeri yang lain. Pasalnya mereka menerima gaji sesuai apa adanya, plus tunjangan, tanpa ada tambahan yang lainnya. Kenaikan pangkat dan golongan diberlakukan regular 4 tahun sekali, sementara bagi guru kenaikan pangkat dan golongan diberikan berdasarkan Penilaian Angka Kredit ( PAK ). Dengan adanya PAK memungkinkan guru naik pangkat paling cepat 4 semester, paling lama 5 semester ( 2,5 tahun ). Kenaikan pangkat dan golongan bagi guru melaju cepat, mengalahkan pegawai yang lain. Bagi guru yang baru diangkat ( S1 = III/A ) untuk mencapai pangkat dan golongan Pembina, IV/A hanya perlu waktu 10 s.d 12 tahun masa kerja, sedangkan bagi pegawai yang lain memerlukan waktu 20 tahun. Di jajaran pendidik yang menduduki pangkat/golongan Pembina/IV/A tidak terhitung banyaknya. Dan seandainya dengan persyaratan yang sama bisa naik pangkat terus, maka akan banyak nanti guru pensiun dengan golongan IV/E.

Wajar saja jika kemudian perguruan tinggi untuk kependidikan yang tadinya kurang diminati lulusan SMA/SMK, kini bagai magnit memiliki daya tarik kuat sekali untuk diminati lulusan tersebut. Lulusan SMA/SMK saling berminat menjadi guru masuk pada bidang ilmu pendidikan yang mungkin bakat dan karakternya tidak cocok menjadi guru. bahkan yang sudah “ sarjana “ pun berbondong-bondong mencari Akta 4 untuk dapat menjadi guru. Atau kalau tidak Akta 4 ya mencari jalan/peluang ( PPG ) untuk menjadi guru.

Hal ini disebabkan semakin sulitnya mencari pekerjaan sesuai dengan jurusan yang ditekuninya. Apalagi sejak diterapkannya otonomi daerah. Bagi sarjana non pendidikan yang diderahnya tidak ada kuota, mau tidak mau harus mengikuti seleksi CPNS pusat. Disamping saingannya cukup berat harus bersedia ditempatkan dimana saja diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sementara sekarang banyak sarjana yang semakin cengeng, inginnya bekerja di sekitar daerahnya sendiri.

Rasanya masyarakat menjatuhkan penilaian kurang adil terhadap profil seorang guru. Orang mengira tuntutan pendidikan masa lalu dengan sekarang sama. Oleh karenanya juga mengira kalau pekerjaan guru dulu dan sekarang juga sama, ringan-ringan saja. Mengajar, menyuruh mencatat, memberi tugas, menarik uang, dan lain-lain … yaah pokoknya yang ringan dan mudah dikerjakan. Kemajuan siswa dalam mengetahui/menguasai bidang teknologi tidak dikaitkan dengan keberhasilan pendidikan, melainkan dikaitkan dengan keadaan yang kata mereka memang seharusnya begitu. Tetapi jika ada peserta didik yang berbuat tidak terpuji karena terkena dampak negatife penggunaan tehnologi maju, kesalahan dialamatkan pada sekolah terutama pada guru-gurunya. Kesadaran akan tanggung jawab sama-sama mendidik nyaris tidak mereka miliki. Orangtua jarang yang peduli. Yang penting anak sudah disekolahkan ya sudah ….dan orangtua tidak merasa bersalah.

Dengan adanya sertifikasi guru banyak yang berkomentar sekarang mendengarkan lagu “ Hymne Guru “ tidak ada makna dan magnitnya sama sekali. Kalau dulu begitu mendengar lagu itu hati jadi terharu dan langsung bisa menangis. Tetapi sekarang mendengar lagu itu biasa-biasa saja, tidak tersentuh sama sekali. Toh guru bukan lagi “ Pahlawan Tanpa Tanda Jasa “ tapi diubah “ Pegawai Terus Tambah Jaya “ Amiiin.

Masyarakat mungkin belum banyak yang tahu, kalau tuntutan pendidikan dulu dan sekarang sudah jauh berbeda. Sekarang sudah tidak jamannya lagi guru yang statis seperti dulu, ibarat air es yang tetap tenang tanpa bergeming walaupun ada gelombang perkembangan dan kemajuan jaman. Apa yang didapat dari ilmu pendidikan guru dibawa terus tanpa ada pengembangan yang berarti. Meski guru dianggap sumber ilmu, tetapi orang mengira guru tidak mampu menhadapi tantangan perkembangan ilmu/teknologi yang terbaru. Gambaran guru yang mengajar menggunakan computer, Laptop, ( multi media ) jauh dari angan-angan mereka. Apalagi untuk sekolah yang masih dasar ( SD, SMP ). Menggunakan komputer tahunya kalau kerja administrasi di kantor saja, dan hanya didapat kalau kursus komputer diluar. Masyarakat belum memahami kalau komputer, Laptop, Internet, itu sudah menjadi sarana belajar bagi setiap siswa sekarang.

Menjadi guru tidak mudah seperti dulu. Guru dituntut lebih maju sesuai dengan perkembangan ilmu. Setiap guru harus bisa mengembangkan ilmu pengetahuan, baik untuk kepentingan mengajar, maupun untuk kepentingan standard profesionalismenya ( Standar Kompetensi Guru ). Tidak ada lagi guru yang apriori terhadap tuntutan perkembangan ilmu pendidikan. Tidak ada lagi guru yang gagap ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak ada lagi guru yang tidak bisa menggunakan komputer. Tidak ada lagi guru yang tidak bersentuhan dengan alat pembelajaran multimedia. Baik yang berupa Laptop, LCD, Internet, dll. Tidak ada lagi guru yang berkata : “ Aaah sudahlah … aku tidak tahu … toh bukan urusanku, bukan ilmu yang harus ku kuasai … tidak tahupun juga tidak apa-apa “.

Guru!!! Meski tidak gila hormat, tetapi jadilah terhormat di masyarakat …? Kalau kita menyimak wacana “ guru “ yang ada di negara tetangga kita Malaysia, disana guru mendapat kedudukan yang terhormat. Sama seperti kedudukan pembesar atau pejabat didaerahnya. Kalau disini lagu-lagu pujian untuk guru sangat terbatas, hanya 2 buah lagu yaitu : Lagu Untuk Guru dan Hymne Guru, di Malaysia lebih dari 10 lagu pujian untuk guru. Siswa-siswi dalam memperlakukan guru sama seperti layaknya meperlakukan ayah dan ibu. Begitu khusyu’ dalam mendengarkan dan mengindahkan ajaran serta nasehatnya. Setiap siswa meneteskan air mata ketika membawakan lagu atau puisi yang syairnya berisi pujian untuk guru. Di Malaysia Sepuluh tahun yang lalu gaji guru ( pangkat dan masa kerja disamakan ) satu bulan kurang lebih 1.200 Ringgit ( Rp. 3.120.000,- ) Di sini pada waktu itu kurang lebih Rp. 914.000,- Selisih Rp. 2.206.000,- Untuk Petugas Kantor ( pegawai yang lain ) penghasilan satu bulan kurang lebih : 900 ringgit ( Rp. 2.430.000,- ). Ternyata di Malaysia gaji guru memang lebih tinggi dibanding pegawai yang lain.

Bagaimanakah kedudukan dan kehidupan guru dimasa lalu .. ?

Di masyarakat kita kedudukan guru memang cukup terhormat. Tetapi kebanyakan mereka mengidolakan guru itu haruslah sosok yang sederhana. Baik sederhana dalam prilaku penampilannya, maupun sederhana dalam prilaku ekonominya. Kesederhanaannya haruslah menjadi contoh bagi golongan masyarakat yang sederhana pula. Sementara masyarakat sudah mengalami kemajuan dan peningkatan, guru haruslah tetap tinggal disitu. Tanpa tersentuh tangan-tangan yang berwenang mengurus kesejahteraan. Yang menyedihkan banyak guru yang pandai merekayasa ilmu. Dengan ungkapan “ Rajin pangkal pandai “, “ hemat pangkal kaya “, mewajibkan peserta didik menabung uang setiap harinya. Uang tabungan tersebut digunakan untuk menutup kekurangan uang belanja. Pada gilirannya saat kenaikan kelas uang harus dibagikan banyak guru kebingungan mencari pinjaman uang di bank-bank amatiran. Gaji yang didapat tidak cukup dibelanjakan untuk makan satu bulan. Guru yang digambarkan dalam lagu " Umar Bakri " melekat dalam kehidupan guru sehari-hari.

TUGAS MENGAJAR

Dalam melaksanakan pembelajaran tatap muka didalam kelas, guru harus melakukan persiapan terlebih dahulu, yakni, pertama persiapan materi yang akan di ajarkan, kedua persiapan terhadap situasi yang akan dimasuki, dan yang ketiga, persiapan terhadap siswa yang akan dihadapi.

    1. Persiapan dalam tujuan umum pembelajaran
      Guru harus mengetahui dan menguasai tujuan pembelajaran dari materi yang akan disampaikan.
    2. Persiapan tentang bahan pelajaran yang akan diajarkan.
      Guru harus siap dengan rencana pengajaran (RPP).
    3. Persiapan tentang metode mengajar yang akan digunakan dalam mengajar.
      Contoh metode mengajar seperti, demonstrasi, tanya jawab atau diskusi, Role Play, dan lain-lain.
    4. Persiapan dalam penggunaan alat-alat peraga.
      Guru wajib menggunakan alat peraga atau media untuk meningkatkan kualitas pengajaran. Alat peraga atau media yang digunakan harus tepat guna.

Aktivitas ini merupakan usaha sadar untuk merangsang berkembangnya aspek kognitif, afektif dan psikomotoris para peserta didik secara maksimal. Untuk memaksimalkan tugas dan peran tersebut, seorang guru harus memiliki kepribadian sejati dan kecakapan profesi. Kepribadian sejati sang guru didukung mentalitas, moralitas dan spiritualitas yang kuat. Memiliki mentalitas pribadi yang kuat, karena harus bersikap jujur, menghargai nilai-nilai kehidupan, memegang teguh komitmen serta selalu meyakini bahwa kehidupan menyediakan segala sesuatu yang baik. Sedangkan kecakapan profesi ditentukan oleh kemampuannya dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga dapat diterima oleh peserta didik. Dalam hal kemampuannya meyampaikan materi pelajaran diukur dengan :

a. Tepatnya menetukan penggunaan metode mengajar

b. Dapat menguasai atau mengelola kelas dengan baik

c. Keberhasilan peserta didik yang dilihat dari hasil evaluasi

Bersambung …


http://sosialdanpendidikan.blogspot.com/

Sabtu, 20 Maret 2010

SALAH SATU KONSEP MENDIDIK ANAK

( Hermadi, S.Pd )


Setiap orangtua tentu mempunyai keinginan yang sama terhadap anak-anaknya, yaitu supaya berhasil dalam sekolahnya dan dikemudian hari mendapatkan pekerjaan yang memadai. Tidak hanya itu, tetapi juga mempunyai tingkat penghidupan yang melebihi orangtuanya. Baik dalam hal martabat maupun juga status sosial ekonominya. Namun harapan itu tentulah tidak mudah terlaksana mengingat banyak faktor yang mempengaruhi perjalanan pendidikannya. Untuk memudahkan si anak mengerti tentang tugas dan kewajibannya sebagai seorang anak dan juga sebagai seorang pelajar, cobalah tanamkan pengertian dibawah ini dengan disertai penggunakan waktu secara efisien dan berkelanjutan.


Setiap orang sejak bangun tidur dipagi hari sampai menjelang tidur dimalam hari, dan bahkan tidurnyapun, membutuhkan anggaran atau biaya. Tidak ada seorangpun yang dapat hidup enak ditengah-tengah masyarakat dengan tanpa memerlukan anggaran. Pagi hari sewaktu mandi kita memerlukan handuk, sabun, pasta gigi, dan lain-lain, kesemuanya dari hasil membeli. Bahkan ada juga ditempat tertentu air saja harus dibeli dengan uang. Makan pagi-siang-malam, dan juga tambahan kebutuhan makan yang lain juga didapat dari hasil membeli. Pakaian sekolah yang bermacam-macam, pakaian harian- bermaian, pakaian bepergian, dan lain-lain kesemuanya dari hasil membeli. Perlengkapan/perhiasan yang dikenakan juga hasil membeli. Kebutuhan untuk tidur, dipan kasur, bantal guling, selimut, sampai obat nyamuk dari hasil membeli. Belum ditambah kebutuhan lain yang termasuk kebutuhan sekunder, atau bahkan diatas kebutuhan sekunder atau kebutuhan mewah, semuanya didapat dari hasil membeli. Tidak ada yang dating dengan sendiriny dan gratis begitu saja.


Cobalah beri pengertian pada diri anak tentang pengertian diatas. Jelaskan kemudian bahwa untuk saat ini semua itu tidak diketahui dan disadari oleh si anak. Karena semua kebutuhan sudah dicukupi oleh orang tua. Anak tinggal enak-enak menikmati segala fasilitas dan pemberian orangtua yang didasari pada perasaan cinta kasih orang tua terhadap anak. Selagi anak masih belum dewasa hal itu wajar, karena memang anak merupakan amanat yang harus dipelihara sampai si anak tersebut dewasa. Apalagi kalau orangtuanya termasuk orang berada atau berkecukupan. Bahkan lebih dari itu, setelah dewasapun selagi orangtuanya masih ada ( berumur panjang ) si anak tetap memerlukan bimbingan dari orangtua.


Dan selaku orang tua merasa dituntut untuk memberikan apa yang terbaik buat anak-anaknya. Tetapi kadang banyak anak yang tidak mau tahu terhadap segala bimbingan orangtuanya. Maka benar seperti bunyi ungkapan peribahasa yang mengatakan " kasih ibu sepanjang jalan kasih anak sepanjang galah " Artinya kasih dan hati orang tua itu selalu menyertai dimanapun anak itu berada, tetapi sebaliknya si anak jarang yang meluangkan waktu untuk balas memikirkan dan membantu kesulitan orangtuanya. Apalagi jika sudah berkeluarga. Seakan-akan terpisah dari kewajiban memelihara ( memikirkan ) orang tua.


Nah … bagaimana jika seandainya orangtua dalam keadaan cukup, atau bahkan kurang, … dan lebih lanjut lagi jika nanti orangtua sudah tidak bekerja lagi ( pensiun ) ..? dapatkah anak akan terus terjamin kehidupannya …. ?


Tentu saja tidak ! Si anak itu sendiri yang nantinya akan dan harus mencukupi kebutuhannya sendiri. Apalagi kalu nantinya sudah membentuk keluarga. Keluarga itulah yang nantinya harus berusaha mencukupi kebutuhan keluarga sendiri.


Beri pengertian terhadap anak bahwa kita senantiasa bersyukur karena dapat berkesempatan untuk diberi dan menikmati apa yang Allah SWT berikan kepada kita, yang menyebabkan kita bisa merasakan hidup enak seperti yang kita alami. Coba si anak kita ajak menengok kehidupan anak sisi lain yang kita jumpai di terminal, di pasar, di perempatan jalan, dan ditempat-tempat strategis tertentu. Betapa kita ikut merasakan kehidupannya yang penuh dengan liku-liku penderitaan. Mendapatkan sesuap nasi untuk menyambung nyawa mereka terpaksa harus meminta-minta mengemis dan mengamen. Hal ini bukan karena orangtua tidak memelihara dan merawatnya, tetapi karena orangtuanyapun juga mengalami kesulitan yang sama.

Nah kalau si anak sudah bisa menerima dan meresapi gambaran yang kita berikan kepadanya, maka baru kita sampaikan harapan dan keinginan kita sebagai orang tua terhadap anak, anatara lain :

1. Rajin belajar supaya tercapai cita-citanya
2. Berakhlaq dan bertaqwa kepada Allah SWT.
3. Berbakti kepada orangtua
4. Bermanfaat bagi sesamanya, nusa, bangsa, dan agama.
5. Mempunyai sifat dan sikap ksatria, serta mempunyai rasa tanggung jawab

Untuk menunjang keinginan dan harapan tersebut sebagai orang tua kita coba untuk sering memberikan pengertian kepada anak di setiap kesempatan, antara lain :

1. Pada waktu anak kita ajak makan diwarung/restoran biarkan anak tersebut makan sepuasnya dengan menu makanan sesuai dengan kesukaanya. Setelah selesai makan kita beri pengertian bahwa itu semua bisa kita nikmati karena bekerja dan mendapatkan uang. Sedangkan orang yang tidak bekerja tidak akan mendapat uang. Kalau kelak nanti ingin kebutuhan tercukupi, maka harus bekerja agar mendapatkan uang. Untuk mendapatkan uang yang halal maka harus bekerja yang halal pula. Supaya nantinya mendapatkan pekerjaan yang halal maka dari sekarang harus belajar yang rajin dan mempunyai cita-cita yang terpuji. Jangan lupa bahwa bimbingan tersebut kita sampaikan dengan didasari rasa keimanan dan ketaqwaan, yaitu berbuat dan berdo'a. Justru do'a itulah yang Insya Allah akan menuntun dan menerangi langkah-langkah kita.

2. Sediakan tempat belajar yang memadai, baik dari segi tempat maupun penerangan. Beri pengertian waktu untuk belajar paling tidak 2 jam setiap hari. Kalau perlu arahkan anak tersebut untuk membuat alokasi waktu, dan melakukan kegiatan/pekerjaan sehari-hari sesuai dengan alokasi waktu yang dibuatnya. Pengertian ini lebih baik lagi kalau kita lakukan sejak anak masuk usia sekolah. Sebab kebanyakan kebiasaan belajar inilah yang jarang dilakukan oleh anak kita walaupun anak kita sebagai pelajar. Dan kita sebagai orang tua juga jarang yang mengarahkan pada kebiasaan itu. Sehingga tidak mengherankan apabila anak rajin belajarnya hanya kalau akan menghadapi ulangan. Belajar secara rutin akan membuat si anak lebih cepat dan mudah mengerti dibandingkan dengan kalau belajarnya setiap akan menghadapi ulangan. Ingat akan ungkapan " Ala bisa karena biasa " , jadi pelajaran yang semula dianggap sukar kalau sering si anak tersebut mencari pemecahannya, maka lama-lama menjadi mudah. Apalagi kalau anak tidak segan-segan bertanya pada gurunya.

3. Jangan diberi tanggungjawab/beban pekerjaan dirumah yang berlebihan karena hal itu akan menyebabkan anak merasa lelah pada waktunya belajar. Tetapi juga jangan lantas kita biarkan dan tidak kita beri tanggung jawab pekerjaan dirumah sama sekali. Beri tanggung jawab pekerjaan yang ada unsur mendidik, misalnya : merapikan tempat tidur sendiri, mengemasi perlengkapan/perabot belajarnya sendiri, mengatur dan menata/membersihkan ruang belajarnya sendiri. Konsep ini kelak akan menuntun anak dapat memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri.

4. Jangan menyita waktu bermain anak sepanjang anak tersebut memang menggunakan waktu yang tepat untuk bermain. Tetapi sebaliknya jangan biarkan anak bermain tidak pada waktunya. Misalkan bukan waktu libur anak kita biarkan bermain sehingga mengabaikan waktu belajar.

5. Jangan mematikan kreasi anak dalam mengembangkan hoby dan bakatnya sepanjang hoby dan bakatnya positif. Misalnya anak gemar menyanyi, gemar bermain gitar, gemar bermain sepakbola, gemar bermain catur, gemar menggambar, dan lain-lain. Sebab kegemaran tersebut bagi anak merupakan hiburan tersendiri untuk mengiringi waktu luangnya. Sebab siapa tahu dari kegemarannya itu timbul bakat yang kelak akan dapat menopang/membantu langkah karier perjalanan kehidupannya.

6. Berikan pengertian dan bimbingan keagamaan sesuai dengan yang dianut. Bimbinglah untuk melaksanakan sholat lima waktu sesuai dengan syari'at Islam ( kebetulan penulis beragama Islam ) supaya hal itu menjadi kewajiban yang tidak dirasakan sebagai beban. Bahkan lebih baik lagi jika kita biasakan untuk menjalankan sholat sunnah, seperti tahajjut, hajat, dan disertai dengan tuntunan do'a-do'anya. Kewajiban/kebiasan ini akan menuntun/menumbuhkan, dan mempertebal rasa keimanan dan ketaqwaaan yang tinggi terhadap Allah SWT, dan Insya Allah didalam kehidupannya senantiasa mendapatkan hidayah, inayah, dan barokah dariNya.


Itulah sekedar gambaran dan saran yang mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua, terutama orangtua yang berada dalam kesulitan bagaimana cara mendidik anak. Segala yang baik datangnya dari Allah SWT sedangkan yang tidak baik datangnya dari penulis pribadi. Karenanya jika ada kesalahan mohon untuk dimaafkan. Mudah-mudahan anak-anak kita senantiasa mendapat hidayah dan barokah dari Allah SWT, menjadi anak yang sholeh, berbakti pada orangtua, pada agama, pada nusa bangsa, dan bermanfaat bagi sesamanya. Amin.


http://sosialdanpendidikan.blogspot.com/